Pendiri Gojek Pertama
Kevin Aluwi Pendiri Gojek yang Berperan Aktif Kembangkan Bisnis Rintisan
Nama Kevin Aluwi memang tidak sepopuler pendiri Gojek Nadiem Makarim. Namun pada kenyataannya, sosok pria tersebut memiliki andil besar dalam kemajuan Gojek. Kevin Aluwi lahir di Jakarta pada tanggal 1 September 1986. Ia adalah salah satu pendiri Gojek selain Nadiem Makarim. Setelah Nadiem Makarim pamit dari Gojek, perlahan nama Kevin terdengar dan semakin diperhitungkan saat Ia mengambil peran yang sebelumnya diemban oleh Nadiem. Setelah Nadiem Makarim diangkat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kevin mulai diberi kekuasaan untuk menjadi Co-CEO menggantikan Nadiem Makarim.
Kevin menjadi salah satu orang yang turut memberikan andil besar dan juga warna yang berbeda di dalam industri telekomunikasi, khususnya untuk bisnis startup. Dari bisnis yang kaya akan ide dan inovasi itulah yang bisa memberi solusi bagi setiap permasalahan yang dihadapi oleh konsumen.
Criticism and controversy
Gojek's rapid growth and market dominance in Indonesia have led to prominent media coverage, including criticism primarily stemming from conventional taxi and Ojek services.[120][121][122] Go-Jek was briefly banned from operations by the Ministry of Transportation, along with other ride-hailing services.[123] The ban was opposed by a huge number of Indonesians, mustering public support with the hashtag #SaveGojek that became a top trending topic on Twitter in Indonesia.[124] The ban was lifted the very same day[125] after President Joko Widodo criticized it, stating the government should not prohibit innovation and asserting the ban would adversely affect the lives of many Indonesians who rely on Gojek's services.[126] In October 2018, the Indonesian Minister of Transportation, Budi Karya Sumadi, applied a new rule for online taxis. PM 108 replaced the previous PM 26, regulating the use of private cars being used for public transportation.[127]
In March 2018, only weeks after the firm raised a new round of capital,[128] thousands of drivers showed up on foot along the road across the Presidential palace in a demonstration against the tariff, which was roughly 1600 rupiah (15 cents) per kilometer then.[129] The demand was continued in a future protest in January 2020, where the drivers demanded action from the Ministry of Transportation who had promised to evaluate the tariffs that were set by these firms. Drivers felt that these tariffs should be handled on a provincial level as each provincial government has the autonomy to set its own minimum wages.[130] One of the earliest demonstrations by Gojek drivers was back in 2015 when they protested in front of Gojek's first headquarter in Kemang, Jakarta, insisting that they meet Nadiem Makarim, co-founder and then-CEO, demanding for transparency in the incentive scheme. Drivers felt it was unfair that their pay was slashed for an inventory deposit they were not aware of such as the Gojek driver jacket that was initially lent to them on a rental mechanism but was eventually being billed to them.[131]
Since its inception, Gojek has seen a number of large-scale demonstrations by its drivers. In June 2021, just a few days before the official merger of Gojek and Tokopedia, Gojek drivers announced that they were going on a three-day strike due to a change in GoKilat's (Gojek's courier service vertical) incentive scheme, resulting in significantly reduced tariff for the drivers.[132] As part of the resistance, the drivers planned not to accept any GoKilat orders in Greater Jakarta and Bandung.[133][134] A protest happened again in August 2024, the drivers in their demonstration demanded humane working conditions, decent wages, and recognition of legal status. They demanded the government and online transportation companies legalize the status of the driver profession in the law. In addition, they also demanded that the application company lower the cut of their earnings. They went on strike on 29 August by making their services unavailable the whole day, and stormed Gojek, Grab, and the Ministry of Communication and Information offices. Gojek responded by ensuring that the public can still use their application services despite the demonstration by drivers on Thursday. It is also open to listening to the aspirations of the company's partners. However, Gojek did not provide an explanation regarding the income formula for the drivers.[135][136]
Tên: Gojek - Transport & FoodKích thước: 94.5 MBTải về: 266.5KPhiên bản: : 5.4.1Ngày phát hành: 2024-12-10 23:48:16Màn hình tối thiểu: SMALLCPU được hỗ trợ:
ID gói: com.gojek.appChữ ký SHA1: 4B:FC:5F:D2:DA:FE:96:8A:5D:F2:43:25:4A:DE:D6:C7:46:81:30:98Lập trình viên (CN): GojekTổ chức (O): Địa phương (L): Quốc gia (C): Bang / Thành phố (ST):
Kenalan lebih dekat sama sejarah Gojek dan orang-orang dibaliknya
Gojek adalah perusahaan layanan ojek online yang menyediakan berbagai layanan seperti antar jemput, pengantaran makanan dan barang, serta jasa kecantikan dan perawatan tubuh. Awalnya hanya menawarkan empat layanan, kini Gojek sudah mengembangkan delapan layanan untuk memudahkan masyarakat.
Masuk dalam Daftar Pemimpin Muda dan Berpengaruh Besar
Kevin Aluwi sempat masuk ke dalam daftar “Forbes 30 Under 30 Asia”. Itu adalah suatu daftar anak muda yang dianggap sebagai pemimpin muda yang cukup menjanjikan, game changer, dan wiraswastawan yang cukup berbakat. Bisnis startup tersebut umumnya mengandalkan teknologi untuk membantu dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika sebagian orang menilai bahwa bisnis startup adalah salah satu bisnis yang bergerak di bidang teknologi. Hal itulah yang membuat suatu gebrakan baru di dalam bidang teknologi. Sehingga nama Kevin mulai melambung seperti bisnis rintisannya yaitu Gojek.
Kevin Aluwi adalah lulusan dari University of Southern California, Marshall School of Business. Ia memang menjadi salah satu orang yang ada dibalik berdirinya perusahaan Gojek. Di dalam struktur perusahaan Gojek sendiri, Kevin pernah menjadi bagian analis di Salem Partners LLC dengan berkontribusi penuh dalam melakukan setiap peran strategis dengan cara mengadopsi business intelligence data ekosistem Gojek. Hingga mengembangkan sebuah inovasi produk serta pertumbuhan Gojek.
Keberhasilannya dalam mengembangkan bisnis rintisan membuatnya sering berbagi ilmu. Pada bulan Juli 2021 lalu, Kevin mencanangkan sebuah Program Muda Maju Bersama 1.00 startup yang dilakukan bersama dengan Telkom melalui Telecommunication and Digital Research Institute (ITDRI). Hal tersebut dilakukan guna memperoleh talenta digital dan juga eksplorasi inovasi, terlebih untuk daerah yang berada di wilayah timur Indonesia, seperti Papua, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
Program tersebut hadir sebagai sebuah wadah untuk talenta Indonesia untuk bisa mengembangkan keahlian dan kapabilitasnya di bidang digital dan bisa secara bebas mengeksplorasi dan juga mengekspresikan ide serta inovasinya untuk memberikan suatu solusi yang berkesinambungan.
Program Muda Maju Bersama 1.000 Startup diharapkan bisa membantu pemerintah yang memerlukan sekitar sembilan juta talenta digital dalam waktu lima belas tahun mendatang. Itu artinya, setiap tahunnya, diharapkan ada 600 digital talent yang harus didapatkan. Itu adalah angka yang cukup menantang, sebab hanya mengharapkan dari jalur pendidikan formal saja.
Oleh karena itu, setiap tahunnya alumni perguruan tinggi harus siap menjadi digital talent yang mungkin jumlahnya masih dibawah seratus ribu. Maka, negara hanya mempunyai shortage ataupun gap digital yang cukup besar setiap tahunnya. Sehingga tidak ada salahkan jika Kevin menaruh harapan besar kepada startup baru. Terlebih startup lokal yang dapat mengembangkan teknologi dan inovasi seperti yang sudah dilakukan oleh Gojek.
Masa kecil Nadiem Makarim
Nadiem Anwar Makarim lahir di Singapura pada tanggal 14 Juli 1984. Ayahnya bernama Nono Anwar Makarim adalah seorang pengacara yang cukup terkemuka dan juga aktivitas yang berasal dari Pekalongan. Sementara ibunya bernama Atika Algadri yaitu bekerja di bidang non-profit. Dimana ibu dari Nadiem Makarim merupakan putri dari salah seorang perintis Kemerdekaan Indonesia. Kemudian Nadiem Makarim juga memiliki dua saudara perempuan.
Untuk pendidikan yang ditempuh oleh Nadiem Makarim yaitu Ia mulai bersekolah SD di Jakarta, kemudian Ia lulus SMA di Singapura. Setelah menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas, pada tahun 2002 Nadiem Makarim melanjutkan pendidikannya di Brown University, Amerika Serikat dengan mengambil jurusan International Relations. Lalu selama setahun Nadiem memutuskan untuk mengikuti program exchange di London School of Economics. Selain itu, Nadiem juga melanjutkan pendidikannya ke Harvard Business School, di Harvard University dan lulus dengan gelar Master Business of Administration atau MBA.
Setelah Nadiem Makarim menyelesaikan pendidikannya, Nadiem Diketahui pernah bekerja di perusahaan Mckinsey dan juga Company yang merupakan sebuah perusahaan konsultan ternama yang berlokasi di Jakarta. Nadiem bekerja di perusahaan tersebut kurang lebih selama tiga tahun. Selain itu, Nadiem juga diketahui bekerja sebagai Co-Founder serta Managing Editor di Zalora Indonesia. Setelah itu, Nadiem bekerja sebagai Chief Innovation Officer Kartuku. Karena mempunyai pengalaman dari pekerjaan tersebut, Nadiem kemudian memberanikan diri untuk berhenti dari pekerjaan yang dijalaninya. Kemudian di tahun 2011, Nadiem mendirikan perusahaan yang bernama GO-JEK.
Awal berdirinya GO-JEK
Di tahun 2011, Nadiem Makarim resmi mendirikan perusahaan Gojek yang kemudian menjabat sebagai salah satu CEO atau pendiri Gojek. Awal berdirinya perusahaan Gojek, Nadiem hanya mempunyai 20 driver ojek saja. Sementara sistem yang disediakan masih berupa telepon call center. Oleh sebab itu, untuk pelanggan yang ingin menggunakan driver ojek tersebut, mereka harus langsung menghubungi call center yang sudah disediakan. Saat itu, jumlah karyawan yang Ia miliki masih terbatas, drivernya pun juga masih sedikit. Namun keyakinan yang dimiliki pendiri Gojek terhadap perusahaannya itu sangat besar. Hingga akhirnya hal itu telah membuat Gojek dapat bertahan sampai berkembang sangat pesat beberapa tahun selanjutnya.
Masuk dalam Daftar Pemimpin Muda dan Berpengaruh Besar
Kevin Aluwi sempat masuk ke dalam daftar “Forbes 30 Under 30 Asia”. Itu adalah suatu daftar anak muda yang dianggap sebagai pemimpin muda yang cukup menjanjikan, game changer, dan wiraswastawan yang cukup berbakat. Bisnis startup tersebut umumnya mengandalkan teknologi untuk membantu dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika sebagian orang menilai bahwa bisnis startup adalah salah satu bisnis yang bergerak di bidang teknologi. Hal itulah yang membuat suatu gebrakan baru di dalam bidang teknologi. Sehingga nama Kevin mulai melambung seperti bisnis rintisannya yaitu Gojek.
Kevin Aluwi adalah lulusan dari University of Southern California, Marshall School of Business. Ia memang menjadi salah satu orang yang ada dibalik berdirinya perusahaan Gojek. Di dalam struktur perusahaan Gojek sendiri, Kevin pernah menjadi bagian analis di Salem Partners LLC dengan berkontribusi penuh dalam melakukan setiap peran strategis dengan cara mengadopsi business intelligence data ekosistem Gojek. Hingga mengembangkan sebuah inovasi produk serta pertumbuhan Gojek.
Keberhasilannya dalam mengembangkan bisnis rintisan membuatnya sering berbagi ilmu. Pada bulan Juli 2021 lalu, Kevin mencanangkan sebuah Program Muda Maju Bersama 1.00 startup yang dilakukan bersama dengan Telkom melalui Telecommunication and Digital Research Institute (ITDRI). Hal tersebut dilakukan guna memperoleh talenta digital dan juga eksplorasi inovasi, terlebih untuk daerah yang berada di wilayah timur Indonesia, seperti Papua, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
Program tersebut hadir sebagai sebuah wadah untuk talenta Indonesia untuk bisa mengembangkan keahlian dan kapabilitasnya di bidang digital dan bisa secara bebas mengeksplorasi dan juga mengekspresikan ide serta inovasinya untuk memberikan suatu solusi yang berkesinambungan.
Program Muda Maju Bersama 1.000 Startup diharapkan bisa membantu pemerintah yang memerlukan sekitar sembilan juta talenta digital dalam waktu lima belas tahun mendatang. Itu artinya, setiap tahunnya, diharapkan ada 600 digital talent yang harus didapatkan. Itu adalah angka yang cukup menantang, sebab hanya mengharapkan dari jalur pendidikan formal saja.
Oleh karena itu, setiap tahunnya alumni perguruan tinggi harus siap menjadi digital talent yang mungkin jumlahnya masih dibawah seratus ribu. Maka, negara hanya mempunyai shortage ataupun gap digital yang cukup besar setiap tahunnya. Sehingga tidak ada salahkan jika Kevin menaruh harapan besar kepada startup baru. Terlebih startup lokal yang dapat mengembangkan teknologi dan inovasi seperti yang sudah dilakukan oleh Gojek.
Biografi Nadiem Makarim
Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, pastinya Gojek sudah sukses melakukan revolusi industri dalam bidang transportasi ojek. Berbagai macam fitur telah disediakan oleh Gojek, mulai dari ojek online, pengiriman barang, belanja online, sampai pesan antar makanan. Semua inovasi tersebut berawal dari Nadiem Makarim. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai profil ataupun biografi Nadiem Makarim, berikut adalah ulasan selengkapnya.
Masuk dalam Daftar Pemimpin Muda dan Berpengaruh Besar
Kevin Aluwi sempat masuk ke dalam daftar “Forbes 30 Under 30 Asia”. Itu adalah suatu daftar anak muda yang dianggap sebagai pemimpin muda yang cukup menjanjikan, game changer, dan wiraswastawan yang cukup berbakat. Bisnis startup tersebut umumnya mengandalkan teknologi untuk membantu dalam mengembangkan bisnisnya. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika sebagian orang menilai bahwa bisnis startup adalah salah satu bisnis yang bergerak di bidang teknologi. Hal itulah yang membuat suatu gebrakan baru di dalam bidang teknologi. Sehingga nama Kevin mulai melambung seperti bisnis rintisannya yaitu Gojek.
Kevin Aluwi adalah lulusan dari University of Southern California, Marshall School of Business. Ia memang menjadi salah satu orang yang ada dibalik berdirinya perusahaan Gojek. Di dalam struktur perusahaan Gojek sendiri, Kevin pernah menjadi bagian analis di Salem Partners LLC dengan berkontribusi penuh dalam melakukan setiap peran strategis dengan cara mengadopsi business intelligence data ekosistem Gojek. Hingga mengembangkan sebuah inovasi produk serta pertumbuhan Gojek.
Keberhasilannya dalam mengembangkan bisnis rintisan membuatnya sering berbagi ilmu. Pada bulan Juli 2021 lalu, Kevin mencanangkan sebuah Program Muda Maju Bersama 1.00 startup yang dilakukan bersama dengan Telkom melalui Telecommunication and Digital Research Institute (ITDRI). Hal tersebut dilakukan guna memperoleh talenta digital dan juga eksplorasi inovasi, terlebih untuk daerah yang berada di wilayah timur Indonesia, seperti Papua, Kalimantan, Maluku, dan Sulawesi.
Program tersebut hadir sebagai sebuah wadah untuk talenta Indonesia untuk bisa mengembangkan keahlian dan kapabilitasnya di bidang digital dan bisa secara bebas mengeksplorasi dan juga mengekspresikan ide serta inovasinya untuk memberikan suatu solusi yang berkesinambungan.
Program Muda Maju Bersama 1.000 Startup diharapkan bisa membantu pemerintah yang memerlukan sekitar sembilan juta talenta digital dalam waktu lima belas tahun mendatang. Itu artinya, setiap tahunnya, diharapkan ada 600 digital talent yang harus didapatkan. Itu adalah angka yang cukup menantang, sebab hanya mengharapkan dari jalur pendidikan formal saja.
Oleh karena itu, setiap tahunnya alumni perguruan tinggi harus siap menjadi digital talent yang mungkin jumlahnya masih dibawah seratus ribu. Maka, negara hanya mempunyai shortage ataupun gap digital yang cukup besar setiap tahunnya. Sehingga tidak ada salahkan jika Kevin menaruh harapan besar kepada startup baru. Terlebih startup lokal yang dapat mengembangkan teknologi dan inovasi seperti yang sudah dilakukan oleh Gojek.
Cerita Dari Ide Bisnis GO-JEK
Ide bisnis dari layanan transportasi Gojek awalnya Nadiem peroleh saat berdiskusi dengan tukang ojek langganannya. Nadiem sendiri jarang menggunakan mobilnya karena mobilitasnya yang cukup tinggi. Sehingga Ia kerap atau hampir setiap hari menggunakan tukang ojek untuk mengantarkan ke tempat kerjanya supaya dapat menembus kemacetan Jakarta. Pada saat itu, Nadiem masih bekerja sebagai Chief Innovation Officer Kartuku dan Co-Founder dan juga Managing Editor Zalora Indonesia. Dari perbincangan Nadiem dengan tukang ojek langganannya, Ia mulai menemukan kenyataan bahwa sebagian besar tukang ojek banyak menghabiskan waktu untuk menunggu para pelanggan saja. Bahkan sangat sulit untuk menemukan pelanggan yang mau menggunakan jasanya. Padahal kenyataannya, tukang ojek tersebut akan memperoleh pendapatan yang cukup apabila mereka bisa mempunyai banyak penumpang.
Akan tetapi, Nadiem Makarim melihat bahwa ketersediaan jenis transportasi yang satu ini tidak terlalu banyak dibandingkan dengan jenis transportasi lainnya. Dengan begitu, kerap kali cukup susah untuk dicari. Nadiem Makarim memiliki keinginan untuk menyediakan transportasi ojek dimana saja dan kapan saja saat dibutuhkan. Apabila dilihat dari sisi kemacetan Jakarta yang semakin parah, pastinya akan sangat dibutuhkan layanan transportasi yang cepat dan pengiriman yang cepat supaya bisa membantu masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Dari permasalahan itulah Nadiem melihat peluang dalam membuat sebuah layanan yang dapat menghubungkan antara pengemudi ojek dan para penumpang.
Awal berdirinya GO-JEK
Di tahun 2011, Nadiem Makarim resmi mendirikan perusahaan Gojek yang kemudian menjabat sebagai salah satu CEO atau pendiri Gojek. Awal berdirinya perusahaan Gojek, Nadiem hanya mempunyai 20 driver ojek saja. Sementara sistem yang disediakan masih berupa telepon call center. Oleh sebab itu, untuk pelanggan yang ingin menggunakan driver ojek tersebut, mereka harus langsung menghubungi call center yang sudah disediakan. Saat itu, jumlah karyawan yang Ia miliki masih terbatas, drivernya pun juga masih sedikit. Namun keyakinan yang dimiliki pendiri Gojek terhadap perusahaannya itu sangat besar. Hingga akhirnya hal itu telah membuat Gojek dapat bertahan sampai berkembang sangat pesat beberapa tahun selanjutnya.