Suami Marah Karena Hal Sepele

Suami Marah Karena Hal Sepele

Bersikap Tenang dan Jangan Balas dengan Emosi

Hadapi suami yang marah dengan tenang dan hindari membalas dengan emosi juga. Dengan sikap yang stabil, kamu dapat mencegah konflik membesar. Komunikasi bijak dapat menenangkan suasana, membangun pemahaman dan membuka jalan untuk penyelesaian masalah secara dewasa.

Jangan Pernah Takut untuk Pergi

Perempuan sering kali takut meninggalkan pertengkaran yang memanas karena tahu betul bahwa itu mungkin berakhir dengan kekerasan fisik. Meskipun terbukti bahwa kamu menghargai pasangan, kamu harus lebih memperhatikan keselamatan diri sendiri dan pergi tepat waktu sebelum pertengkaran itu berujung pada perkelahian.

Jika kamu telah menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga atau kekerasan seksual dalam pernikahan, maka kamu harus menghubungi pihak berwenang setempat untuk meminta bantuan. Jangan pernah takut berjalan menjauh dari situasi yang buruk, karena kamu dapat membangun kembali hidup menjadi lebih bahagia.

Halo, terima kasih untuk pertanyaannya.

Kami dapat memahami kebingungan dan ketakutan anda menghadapi situasi tersebut. Banyak faktor yang memicu perilaku tersebut sehingga dibutuhkan pemeriksaan lebih dalam.

Untuk membina hubungan sehat dan membangun cinta diperlukan pula membangun pola komunikasi yang sehat dan terbuka. Anda dan pasangan perlu saling mengkomunikasikan kondisi yang anda alami, sehingga dapat saling memahami pula. Selain itu, upayakan untuk dapat saling mendengarkan tanpa menghakimi. Anda dan pasangan juga dapat saling menghargai, serta saling mendukung menjadi versi terbaik diri masing-masing. Hal tersebut penting untuk diperhatikan karena membina hubungan adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya di salah satu pihak saja.

Menghadapi pasangan yang sulit diajak berkomunikasi dan kurang mampu mengelola emosi memiliki tantangan tersendiri. Sebaiknya anda tetap tenang dan tidak mudah terpancing karena hanya akan semakin memperburuk keadaan. Anda dapat menggunakan energi yang anda miliki untuk mengontrol hal yang dapat anda kendalikan (misalnya respon anda terhadap pasangan), daripada fokus pada hal yang tidak dapat anda kendalikan (misalnya perilaku pasangan). Anda juga memiliki hak untuk menetapkan batasan toleransi atas sikap pasangan anda. Jika memang diperlukan untuk mengambil jarak sejenak, maka hal tersebut boleh untuk dilakukan tetapi tetap dikomunikasikan dengan pasangan. Setiap keputusan yang anda ambil, sebaiknya diputuskan dalam kondisi yang tenang dan pikiran yang jernih. Selain itu, anda juga dapat mencari waktu yang tepat untuk membicarakan permasalahan anda dengan pasangan, kemudian bersama-sama mencari solusi yang terbaik.

Jangan ragu untuk memeriksakan diri/ pasangan anda atau melakukan konseling bersama pasangan ke psikolog jika keluhan berlanjut atau bertambah parah agar segera tertangani.

Saya mempunyai suami yang seringkali mudah marah dan anehnya hanya pada masalah sepele seperti di jalan jika macet sudah melanda. Tidak jarang dia selalu berkata kotor dan membentak orang jika ada masalah di kantornya, sering sekali saya jadi bahan pelampiasan marah.Jika masuk gang kecil di rumah dia juga marah-marah sampai-sampai saya sudah tidak kuat dengan sifat dia. Padahal dia sudah saya beri penjelasan bahwa semuanya harus dengan kesabaran. Tidak itu saja setiap saya beri buku tentang artinya sabar dia selalu bilang iya-iya aku tahu. Begitu saja padahal kedua orangtuanya sangat peduli dengan agama atau taat dengan agama tapi yang saya heran kekeluargaannya tidak ada sopannya sama ayahnya tapi kalau sama ibunya baik sekali.Yang saya tanyakan:1. Apa penyebab dari orang yang sering marah-marah?2. Apa bisa dikatakan terkena darah tinggi?3. Dengan apa agar saya bisa menyadarkan dia?

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Punya suami yang sensi memang sulit. Tapi ternyata suaminya bisa sabar juga ya kalau sama ibunya. Artinya sebenarnya suami mbak bisa saja mengontrol sifat marahnya.

Mengapa seseorang sering marah-marah untuk hal-hal yang mungkin sepele?

Sering karena ia tidak puas dengan keadaannya, misalnya dengan pekerjaannya, dengan lingkungan tempat tinggalnya, dengan hubungan perkawinannya, atau dengan dirinya sendiri.

Sebaiknya mbak juga baca buku bagaimana berhadapan dengan orang yang sering marah, dengan begitu mbak jadi bisa mengetahui cara bersikap.

Pada saat yang tepat, mbak bisa mengajak suaminya untuk berbincang-bincang dengan psikiater, bilang saja mbak yang perlu berkonsultasi, perlu curhat dengan seseorang.

Bagaimana pun marah-marah itu tidak baik untuk kesehatan, tekanan darah bisa meningkat, risiko untuk terkena sakit jantung lebih besar.

Kita tidak bisa mengubah orang lain, jadi yang bisa mbak lakukan hanyalah mengubah diri sendiri. Jika suaminya tidak merasa terganggu dengan sifat marah-marahnya, jadi mbak yang berkonsultasi dengan psikiater terlebih dahulu ya.

Psikiater di Psychiatric Clinic, Royal Progress International Hospital, Danau Sunter Utara, Sunter Paradise I, Jakarta 14350. Serta Staf pengajar di Jurusan Kesehatan Mental Fakultas Kedokteran Ukrida Jakarta.

Dalam sebuah hubungan pernikahan, ada kesalahpahaman dan pertengkaran memang wajar terjadi. Namun ingat, pertengkaran juga sepatutnya dilakukan secara sehat, ya.

Perlu menjadi perhatian Bunda jika saat suami marah ia sampai melakukan kekerasan fisik. Kondisi ini tidak bisa didiamkan begitu saja, terlebih jika kebiasaan ini dilakukan lebih dari sekali.

Dikutip dari Psychology Today, psikolog klinis Seth Meyers, Psy.D menuturkan bahwa kekerasan fisik dalam pernikahan bisa menjadi pertanda sebuah masalah besar. Termasuk di antaranya dipukul atau ditampar.

"Kekerasan adalah salah satu hal paling buruk dari sifat manusia, terlebih kekerasan fisik. Ini berarti ada yang tidak sesuai dengan metode pengelolaan emosinya," tutur Meyers.

Hal serupa juga disampaikan psikolog Willard F. Harley, Jr., PhD. Dilansir Marriage Builders, penulis buku His Needs, Her Needs: Building an Affair-proof Marriage tersebut menuturkan pentingnya mengambil sikap tegas jika suami marah sampai melakukan kekerasan fisik.

"Perpisahan mungkin menjadi solusi terbaik jika kondisi ini berlangsung sudah berkali-kali, terlebih jika pengendalian emosinya tak kunjung membaik. Libatkan konselor dan pihak berwajib jika perlu," tutur Harley.

Sayangnya, Harley menuturkan tak sedikit pasangan yang memilih untuk tetap tinggal meski mendapatkan kekerasan fisik berkali-kali.

"Beberapa korban kekerasan fisik menganggap diri mereka sebagai penyebab hal itu terjadi. Padahal seberapa pun salahnya, kekerasan fisik dalam pernikahan bukan sesuatu yang bisa dimaklumi begitu saja," imbuhnya.

Apabila saat tenang suami benar-benar merasa menyesal dan memang berkeinginan untuk bisa lebih mampu mengendalikan emosi, libatkan konselor yang bisa dipercaya ya, Bunda. Proses belajar ini mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga perlu konsistensi dan perencanaan.

Tapi ingat ya, Bunda. Jangan diam saja dan pertimbangkan untuk mencari pertolongan pihak lain jika kekerasan fisik terus terjadi. Tak perlu ragu mengambil sikap tegas, terutama demi keselamatan diri sendiri dan juga anak-anak.

Simak juga video menguak fakta emosi karena lapar:

[Gambas:Video Haibunda]

Tidak Pintar dalam Berkomunikasi

Kesulitan mengungkapkan perasaan membuatnya melampiaskan emosi negatif. Cemburu atau merasa diabaikan mungkin tidak disampaikan secara jelas, memicu reaksi marah sebagai bentuk ekspresi yang tidak efektif.

Suami Merasa Tidak Dihargai

Tidak peduli seberapa besar rasa cinta kita terhadap pasangan, kita tetap membutuhkan apresiasi dari waktu ke waktu. Kita ingin agar effort yang sudah diberikan itu diapresiasi dan dihargai oleh pasangan.

Suami butuh rasa dihargai dan dibutuhkan dari istri agar merasa diperhatikan. Jika merasa diabaikan, dia mudah marah sewaktu istri lalai dalam hal-hal kecil sekalipun. Dan kadang hal ini terjadi tanpa disadari oleh suami itu sendiri. Karena itu, butuh komunikasi yang baik untuk bisa menyelesaikannya.

Baca Juga: Apakah Kalian Cocok? Kenali Dulu Love Language Pasanganmu!

Coba Dengarkan Suami dengan Empati

Untuk menghadapi suami yang suka marah, praktikkan pendekatan empatik. Dengarkan dengan sabar tanpa menyerang balik. Pahami perasaannya dan berusaha melihat apakah kemarahannya terkait denganmu atau hubungan kalian.

Komunikasi empatik membuka ruang untuk pemahaman dan solusi bersama, serta mengurangi ketegangan dalam hubungan. Dengan pendekatan ini, mungkin akan lebih mudah bagi kamu dan suami untuk menangani konflik dan memperkuat ikatan emosional antara kalian berdua. Cara ini juga bisa menjadi media instropeksi jika memang kemarahan suami berkaitan dengan sikap atau perbuatanmu padanya.

Kenapa Suami Sering Marah karena Hal Sepele?

Sering marah karena hal sepele bisa disebabkan oleh berbagai alasan. Beberapa di antaranya adalah:

Sedang Mengalami Stres dan Tekanan

Kalau selama pacaran suamimu tidak pernah marah dan setelah menikah dia jadi sering marah, kamu mungkin akan bertanya-tanya: suami sering marah pertanda apa? Salah satu penyebab orang mendadak jadi suka marah-marah bisa jadi karena mereka sedang stres atau tertekan.

Entah karena ada masalah dengan bisnis atau burnout dan lingkungan kerja toxic. Stres memicu reaksi emosional, merangsang amigdala otak, sehingga mudah marah sebagai bentuk pelepasan tekanan emosional yang terakumulasi.

Solusi Kami: Stress dan Burnout

Memiliki Kebutuhan untuk Menkontrol Situasi

Bukan rahasia lagi jika pria memang memiliki naluri untuk memimpin. Inilah yang kerap membuatnya merasa perlu untuk memiliki kontrol pada situasi di sekelilingnya. Dan ketika sesuatu tidak sesuai dengan harapan atau keinginan mereka, mereka dapat merespon dengan kemarahan.

Ada Rasa Tidak Puas Terhadap Hubungan

Ketidakpuasan terhadap beberapa aspek dalam hubungan, seperti kurangnya pemahaman atau dukungan, dapat menyebabkan suami merespon dengan kemarahan bahkan terhadap hal-hal kecil.

Ketika seorang pria merasa terjebak dalam situasi yang membuat dirinya tidak bahagia, ini bisa menimbulkan kebencian dan kemarahan terhadap pasangan. Inilah yang kemudian muncul dalam bentuk kemarahan-kemarahan yang kadang tidak dipahami dengan baik oleh pasangannya

Tidak Bisa Mengendalikan Emosi

Kesulitan untuk mengendalikan emosi atau anger management issue adalah hal yang umum terjadi pada pria. Menurut National Library of Medicine, pria lebih sering berperilaku agresif sebagai pelampiasan kemarahan mereka ketimbang wanita. Kalau suamimu memiliki kesulitan dalam mengelola emosinya dan ini membuatnya jadi sering marah dan bertindak kasar, bisa jadi dia membutuhkan bantuan tenaga medis profesional.