Tuliskan 3 Dampak Negatif Akibat Perilaku Dusta Yang Dilakukan
Pasangan akan lebih sering berbohong
Sikap jutek tidak ada untungnya dan membuat pasangan akan sering berbohong. Pasangan akan mencari segala cara untuk menghindar dari dirimu yang bersikap jutek padanya. Jadi, cara yang paling manjur adalah dengan berbohong. Mungkin awalnya pasanganmu hanya sering berbohong, tapi siapa tahu jika nantinya ia malah nekat meninggalkan kamu.
Demikian ulasan tentang lima dampak negatif akibat cowok jutek pada pasangan. Intinya, sikap jutek bisa membuat hubungan jadi tak sehat. Seharusnya sebagai cowok dirimu harus care terhadap pasangan, agar hubunganmu baren doi langgeng selamanya. Semoga dapat bermanfaat, ya!
Baca Juga: Hayo Ngaku, 5 Hal Ini Hanya Bisa Dimengerti oleh si Wajah Jutek
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.
Afifah, Nurul, and Nur Lailatul Musyafa’ah. “ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI ONLINE.” Maliya : JUrnal Hukum Bisnis Islam 9, no. 1 (2019): 118–37.
Aletheia, C I. ““Endorsement Dalam Mempengaruhi Citra Produk,.” ” Jurnal Manajemen: Untuk Ilmu Ekonomi Dan Perpustakaan 4 no 2 (2020): 1–7.
Alimah, Nur, Asti Sri Mulyani, and Temmy Fitriah Alfiani. “LEGAL PROTECTION OF CONSUMERS AGAINST THE CIRCULATION OF ILLEGAL AND DANGEROUS COSMETICS THAT HARM CONSUMERS IN INDONESIA.” Trunojoyo Law Review (TLR) 5, no. 2 (2023): 90–102.
Amaliyah Fadhillah Rohmah , Rudi Hermawan, S.H.I., M.S.I. “Tinjauan Hukum Islam Pada Praktik Kerjasama Peternak Bisnis Ayam Broiler.” Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis Syariah vol 6 no 1 (2019).
Aminnullah, and Hanafi. “THE MODEL OF LEGAL CONTRACT BETWEEN COURIER AND EXPEDITION COMPANY IN PAMEKASAN REGENCY.” Trunojoyo Law Review (TLR) 6, no. 1 (2024): 1–16.
Ansori. “Implementasi Pengaturan Fasilitasi Pesantren Dalam Pengembangan Koperasi Pondok Pesantren Abstrak : Kata Kunci : Pendahuluan Pesantren Adalah Lembaga Pendidikan Islam Yang Dilaksanakan Oleh Komunitas Ummat Islam Di Indonesia , Pendidikan Pesantren Keagama.” Al-Huquq: Journal of Indonesian Islamic Economic Law 4, no. 1 (2022): 109–22.
Arini, Nuraziza Dya, and Mohammad Karim. “Keabsahan Akad Jual Beli Menggunakan Bahasa Yang Berbeda Perspektif Hukum Islam Di Bangkalan” 2, no. 2 (2021): 110–17.
Ilmi Rosidah, Busro Karim. “Tinjauan Hukum Islam Dan UU No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Terhadap Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Jasa Laundry.” Et-Tijarie: Jurnal Hukum Dan Bisnis vol 6 no 1 (2019).
Novera, Arfiana, and Meria Utama. Dasar-Dasar Hukum Kontrak Dan Arbitrase. Tunggal Mandiri, 2014.
Prajnaparamita, Kanyaka. “Perlindungan Tenaga Kerja Anak.” Administrative Law and Governance Journal 1, no. 2 (2018): 215–30. https://doi.org/10.14710/alj.v1i2.215-230.
Putri, Gayatri Hutami, and Bhina Patria. “Pengaruh Endorsement Selebriti Instagram Terhadap Minat Beli Remaja Putri.” Gadjah Mada Journal of Professional Psychology (GamaJPP) 4, no. 1 (2018): 33–41. https://doi.org/10.22146/gamajpp.45347.
Sa’adah, Khusnus, Syafrudin, and Achmad Otong Busthomi. “PEKERJA ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH.” Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi 2, no. 1 (2019): 1–19.
Sanawiah, and Muhammad Zainul. “Hukuman Bagi Anak Menurut Ulama Dalam Perspektif Hukum Islam.” Jurnal Hadratul Madaniyah 5, no. 1 (2018): 1–12.
Shimp, Terence A. Periklanan Promosi: Aspek Tambahan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Erlangga, 2007.
Trisnawati, Eva, Abdul Wahab, and Hamid Habbe. “Implementasi Etika Berdagang Dengan Sifat Siddiq, Tabligh, Amanah, Fathanah Pada Waroeng Steak and Shake Cabang Boulevard Makassar.” Economos : Jurnal Ekonomi Dan Bisnis 4, no. 3 (2021): 177–83. https://doi.org/10.31850/economos.v4i3.912.
Menghambat Kemampuan Bahasa Anak
Kebiasaan main smartphone secara berlebihan adalah salah satu faktor risiko keterlambatan bicara (speech delay) yang paling umum, tapi jarang disadari orang tua. Hal ini karena penggunaan yang berlebih bisa membuat anak “ketergantungan” sehingga enggan melepaskan gadget.
Sebuah penelitian tahun 2018 melaporkan, durasi main handphone yang bertambah selama 30 menit per hari dikaitkan dengan peningkatan risiko gangguan bahasa ekspresif sebesar 2,3 kali lipat.
Gangguan bahasa ekspresif itu, Bun, adalah kendala berekspresi, di mana anak dapat memahami apa yang dikatakan orang lain, tapi sulit baginya untuk meramu kata dengan baik untuk merespon perkataan orang tersebut serta kesulitan untuk mengatakan apa yang hendak ia katakan.
Kurangnya interaksi dengan orang lain bisa mengurangi perbendaharaan kata anak. Oleh sebab itu, setiap orang tua harus memperhatikan dan membatasi penggunaan gadget pada anak. Jika tidak segera ditangani, maka anak akan cenderung menutup diri dan enggan berbicara dengan orang lain.
Dampak Ekonomi yang Menghancurkan
Judi juga memiliki konsekuensi ekonomi yang besar, baik pada individu maupun masyarakat secara umum.
Banyak kasus menunjukkan bahwa orang yang terlibat dalam judi berakhir dalam kemiskinan. Kehilangan uang akibat kekalahan dalam judi sering kali membuat seseorang terjerat utang. Bahkan, untuk melunasi utang tersebut, mereka rela menjual aset berharga atau meminjam uang dari rentenir dengan bunga tinggi, yang hanya memperparah kondisi mereka.
Ketika salah satu anggota keluarga terlibat dalam judi, seluruh stabilitas ekonomi keluarga dapat terguncang. Penghasilan yang seharusnya digunakan untuk kebutuhan keluarga dialihkan untuk berjudi. Akibatnya, kebutuhan dasar seperti makanan, pendidikan, dan kesehatan menjadi terabaikan.
Apa Dampak Anak Terlalu Sering Main HP?
Setiap gadget, baik itu HP, tablet, laptop, pada dasarnya dapat diibaratkan seperti dua mata pisau bagi anak. Di satu sisi, penggunaan gawai bisa memiliki dampak positif apabila dimanfaatkan dengan baik, tapi ada juga pengaruh buruknya yang perlu diwaspadai, Bun.
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa 30% anak berusia di bawah enam bulan sudah mengalami paparan gadget dengan rata-rata penggunaan sekitar 60 menit setiap hari.
Ketika mencapai usia dua tahun, 9 dari 10 anak memiliki paparan gadget yang lebih tinggi, yang berpotensi mengakibatkan anak mengalami gangguan ketergantungan layar gadget, yang dikenal sebagai Screen Dependency Disorder (SDD).
Berikut ini berbagai dampak negatif anak yang terlalu sering menggunakan gadget:
Beragam dampak negatif akibat kecanduan judi online
Judi online kini tengah ramai diperbincangkan. Berbekal aplikasi layaknya permainan pada ponsel pintar, mereka bisa meraih jackpot atau kemenangan besar bila berhasil mendapatkannya.
Sama halnya dengan minuman keras dan narkotika, judi juga dapat menyebabkan kecanduan.
Kecanduan judi yang disebut juga gambling addiction atau gambling disorder merupakan salah satu bentuk dari gangguan mental yang dijelaskan dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition (DSM-5).
Berikut ini beberapa dampak negatif akibat judi online, yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental, kondisi finansial, hingga hubungan sosial dari pelakunya.
Mempengaruhi Psikologis Anak
Kadang, sebagian game ataupun tontonan yang ia akses dari HP memperlihatkan kekerasan, ucapan kasar, atau adegan yang kurang pantas untuk ditiru sehingga dapat berdampak negatif bagi perkembangan psikologis anak jika ia terus-terusan terpapar.
Nah, anak usia dini adalah peniru yang ulung. Terus-terusan menonton konten yang tidak sesuai usianya dapat memicu si Kecil untuk mencoba atau meniru apa yang ia lihat. Terlebih, Anak-anak di usia dini juga belum bisa membedakan mana yang baik dan salah.
Anak-anak yang sudah ketergantungan main HP juga umumnya cenderung sulit mengontrol emosi, misalnya karena:
Cepat marah saat harus berpisah atau melepaskan gadget.
Merespon dengan tantrum apabila gadgetnya diambil.
Menolak untuk berhenti main HP walau sudah diingatkan berkali-kali.
Tidak tertarik untuk bermain dengan teman-temannya.
Maka itu, idealnya, Bunda sebisa mungkin mendampingi si Kecil selama ia main HP untuk memandu dan mengawasi konten yang ia akses.
Cara Membatasi Waktu Anak Bermain Handphone (Screen Time)
Nah, agar efek negatif dari penggunaan gadget tidak merugikan si Kecil, penting bagi orang tua untuk memahami kapan saat yang tepat untuk memperkenalkan akses gadget atau mengizinkan si Kecil mulai bermain video game di handphone.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mengeluarkan panduan mengenai screen time alias durasi batas waktu menggunakan gadget yang bisa Bunda dan Ayah terapkan di rumah, sebagai berikut:
Anak 0-2 tahun tidak boleh diberikan main HP sama sekali sampai usianya 2 tahun. Apalagi semata-mata bertujuan untuk menghibur dan membuat anak tenang.
Anak 2 tahun boleh main HP maksimal 1 jam per hari, tidak boleh lebih dari itu. Semakin sedikit, semakin baik.
Anak 3-5 tahun boleh main HP maksimal 1 jam dalam satu hari. Screen time boleh dipakai untuk tujuan hiburan (non-edukasi), misalnya untuk membaca E-Book. Tapi, total batas pemakaiannya tetap tidak boleh lebih dari batas waktu yang direkomendasikan.
Terdapat berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mengalihkan perhatian si Kecil dari ketergantungan pada gadget, antara lain:
Penggunaan HP tidak boleh mandiri, harus didampingi dan dipantau orang tua untuk memastikan konten yang ia akses berkualitas dan menjelaskan apa yang sedang mereka pelajari.
Luangkan waktu khusus atau quality time bersama keluarga tanpa melibatkan gadget. Lakukan kegiatan yang menghibur, seperti membaca buku, bercerita, berjalan-jalan di taman, atau bermain permainan yang seru.
Pengurangan penggunaan gadget oleh orang tua juga penting, mengingat anak cenderung meniru kebiasaan dari orang-orang terdekatnya.
Usahakan untuk tidak menggunakan gadget sebagai bentuk hadiah atau cara untuk mengalihkan perhatian.
Perbanyaklah waktu untuk melakukan aktivitas fisik di luar ruangan. Para ahli menyarankan agar anak-anak menghabiskan setidaknya tiga jam dalam sehari di luar ruangan sebagai langkah pencegahan terhadap risiko miopia atau rabun jauh.
Pastikan anak mendapatkan cukup tidur di malam hari. Para ahli juga menyarankan untuk tidak menggunakan handphone setidaknya satu jam sebelum tidur.
Ajak anak untuk aktif berinteraksi dengan teman sebayanya, hal ini dapat membantu si Kecil memperoleh dan mengasah keterampilan sosial serta membangun hubungan yang lebih baik.
Baca Juga: 10 Contoh Kegiatan Motorik Kasar dan Halus untuk Anak TK (4-5 Tahun)
Nah, demikianlah penjelasan lengkap mengenai dampak terlalu sering bermain handphone pada anak usia dini. Jadi, jangan anggap remeh bahaya ketergantungan gadget, terutama pada kesiapan belajar si Kecil. Sebab pada tahap ini, anak-anak masih butuh banyak bermain dan mengeksplor dunia sekitarnya untuk belajar, bukan berdiam diri di kamar menatap layar berjam-jam.
Yang perlu diingat, sebagai orang tua, konsistensi Bunda dalam mengawasi serta memberikan arahan yang tepat bagi penggunaan gadget sangatlah penting, sehingga si Kecil dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Jangan lupa juga kunjungi Sekolah Generasi Maju untuk mendapatkan pedoman lengkap seputar tips stimulasi dan cara memaksimalkan perkembangan si Kecil untuk siapkan prestasinya. Yuk, kunjungi sekarang juga, Bun!
Sebagian kalangan mungkin menganggap judi online sebagai sarana permainan untuk mencari hiburan dan keuntungan. Sayangnya, kebanyakan dari mereka masih belum menyadari betul dampak negatif akibat judi online seperti di bawah ini.
Bagaimana cara melepaskan diri dari jerat candu judi?
Anda mungkin pernah mencoba berhenti judi. Meski begitu, kebanyakan orang malah berujung pada kegagalan karena ada dorongan kuat untuk mencobanya lagi dan lagi.
Untuk mengurangi keinginan berjudi online, langkah-langkah berikut dapat Anda coba lakukan.
Janganlah ragu untuk meminta bantuan psikolog atau psikiater bila Anda kesulitan berhenti judi.
Kecanduan judi bisa Anda atasi dengan terapi perilaku kognitif (CBT). Terapi ini bertujuan untuk mengurangi keinginan berjudi dan mengubahnya ke perilaku lain yang lebih sehat.
Penggunaan obat antidepresan mungkin diperlukan untuk mengatasi gejala depresi sedang dan berat pada seseorang yang mengalami kecanduan judi.
Namun, selalu konsultasikan dengan psikiater sebelum Anda memakai obat-obatan apa pun.
Judi adalah perbuatan yang telah lama dianggap sebagai tindakan yang merusak berbagai aspek kehidupan manusia. Dalam berbagai literatur agama dan sosial, judi kerap digambarkan sebagai tindakan rijs, yang dalam bahasa Arab memiliki arti “kotoran manusia” atau sesuatu yang busuk. Secara moral dan spiritual, judi dinilai sebagai perbuatan yang membawa lebih banyak mudarat daripada manfaatnya.
Bisa Membuat Malas
Penggunaan gadget yang berlebihan dapat membuat si Kecil menjadi terlalu bergantung pada HP-nya untuk menghabiskan waktu sehari-hari.
Ia akan lebih sering menatap layar HP-nya secara pasif, sambil duduk atau tiduran, daripada beraktivitas fisik seperti bermain di luar rumah atau berolahraga untuk menstimulasi perkembangannya. Kurangnya stimulasi fisik pada usia dini dapat berdampak negatif pada pertumbuhan fisik dan kesehatan anak.
Terlalu sering main HP juga bisa membuat si Kecil menjadi malas belajar banyak hal, seperti membaca dan menulis. Padahal belajar membaca dan menulis adalah keterampilan yang sangat penting dan harus dilatih secara konsisten untuk mempersiapkan si Kecil masuk sekolah.
Pengertian Judi dan Praktiknya
Judi adalah aktivitas di mana seseorang mempertaruhkan sesuatu yang bernilai, biasanya uang atau barang berharga, dengan harapan mendapatkan keuntungan lebih besar melalui permainan atau spekulasi yang bersifat untung-untungan. Dalam praktiknya, judi hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari perjudian konvensional seperti taruhan, kartu, hingga judi modern seperti lotere dan judi online.